Bakat Dapat Melahirkan Kreatifitas Tanpa Batas

Siapa sangka, anak autis itu berhasil mereproduksi secara gemilang lampu pijar yang dinikmati manusia sedunia hingga kini.

Kisah, Thomas Alva Edison, terlepas berbagai cerita miring tentangnya adalah bukti otentik dahsyatnya sebuah bakat yang berpadu dengan minat kemudian menjalani latihan dan belajar tanpa kenal lelah. Thomas Edison adalah salah satu manusia berbakat yang kisah tercatat dan tersebar luaskan.

Namun di dunia ini hidup 9 milyar manusia yang semuanya memiliki bakat bawaan dari Tuhan. Hanya volume dan ragamnya saja yang tidak persis sama satu dengan yang lain. Namun mengapa hanya kira-kira 10% saja mampu menonjol sehingga menjelma menjadi luar biasa?

Manusia itu tercipta unik dan hanya satu-satunya saja. Tidak ada dua orang yang sama persis meski disebut kembar siam atau kembar identik sekalipun.

Dia hanya ada satu pribadi yakni dirinya sendiri dengan segala watak, bakat dan lain-lain. Oleh karenanya, manusia, maaf secacat apapun, tetap memiliki bakat yang dengan itulah dirinya mampu bertahan menjalani kehidupan.

Jika demikian apakah bakat dapat diperlombakan sebagaimana laiknya lomba bakat yang selama ini ada di televisi? Atau mungkin dalam hidup nyata atau dunia kerja, dimana seseorang harus berkompetisi dengan yang lain dalam meraih sebuah jabatan?

Ternyata bukan bakat itu sendiri yang dipertandingkan, namun bagaimana bakat yang dimiliki setiap pribadi itu mendapatkan stimulus pembelajaran dan pelatihan yang berdedikasi tinggi sehingga menjadi kompetensi yang paling unggul. Pada posisi inilah, hukum fastabiqul khairat berlaku.

Manusia yang melakukan latihan dan belajar dengan sungguh-sungguh mereka akan berupaya menemukan trik, metode atau pola terbaik keluar sebagai pemenang. Dan stimulus yang terbesar adalah Beban Hidupnya.

Allah berfirman, Sesungguhnya Aku jadikan kematian dan kehidupan agar untuk menguji kamu manusia yang terbaik amal usahanya (QS. 67 (Al Mulk) : 2)

Kematian adalah Beban Hidup yang sangat misteri. Bagaimana seseorang mati? Dengan cara apa? Dimana? Kapan? Dan sebagainya adalah sebuah Beban Hidup yang luar biasa.

Jika ini dijabarkan pada makna bakat, maka kematian bisa diqiyaskan sebagai kegagalan, kebangkrutan, hilang kesempatan dan lain-lain. Ini ujian yang besar. Butuh sumber daya besar untuk bangkit kembali, memperbaikinya dan mengujinya kembali berhasil atau kah kembali gagal.

Padahal secara alamiah, manusia ingin hidup yang lama. Ingin Bahagia. Ingin sukses. Ingin berhasil. Dalam rangka menghindari kegagalan, kebangkrutan dan lain-lain itulah serta untuk mencapai kehidupan abadi yang bahagia tersebut, Bakat mendapat tantangan untuk tampil lebih baik dan menjadi yang terbaik.

Bisa anda bayangkan 9 Milyar manusia dengan kapasitas otak super canggih dimana 100 milyar neuronnya bekerja dan terhubung 24 jam, bersaing satu sama lain untuk menjadi yang terbaik dalam kehidupan.

Sekali lagi, Bakat kembali menjadi tulang punggung untuk memenangkan persaingan dengan cara menghasilkan berbagai gagasan cemerlang yang teruji, mengkonsolidasikan kekuatan dengan seluruh bakat yang berada dalam dominasinya, bergerak bersama menjadi tim kerja yang super canggih.

Maka hari ini merupakan rangkaian panjang kehidupan umat manusia dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang menakjubkan. Ada yang mampu dipatahkan dengan karya terbaru, ada pula yang menjelma menjadi sebuah legenda penuh mukjizat lantaran tidak satu pun manusia mampu menandingi kegeniusan karya yang luar biasa tersebut.

Anda, dan saya adalah 1 dari anggota masyarakat dunia yang berjumlah fantastis itu, sadar atau tidak, siap atau tidak akan masuk dalam pertarungan dan persaingan antar bakat, maka latihan dan belajar untuk menjadi dan menghasilkan yang terbaik adalah syarat yang tak bisa kita tawar.

Berbagai karya kreatifitas yang telah tersebar dapat menjadi inspirasi untuk ditiru, dipelajari dan dilatih. Maka jangan-jangan anda adalah manusia berbakat yang Allah pilih agar senantiasa mampu menghadirkan kreatifitas tanpa batas yang menakjubkan.

Jadi, sudah tahukah apa bakat Anda?

(Adi Wicaksono)

Share on twitter
Share on whatsapp
Share on facebook